Di stasiun karet aku menunggu bukan
untuk chairil
puisi orang mati atau keluh sebuah
kota yang berubah
Nasib buruk berulang lewat
membujuk siapa saja untuk lekas
berangkat
Adapun waktu
diam-diam menyamar kepala stasiun
atau penjaga loket yang letih dan
payah
selalu memintaku bersitahan menunggu
Mereka menawarkan tiket
menuju dunia baru yang tak pernah
kutahu:
Dunia tempat penyair chairil hidup
abadi
dan bercinta tak jemu di gerbong tua kereta
Dunia yang jadi rumah teduh
bagi kotaku yang jauh berubah
Baru saja seekor burung menukik dari
langit yang nun
menyelusup dalam
pikiranku
Suara kicaunya beri warna pada
kata-kataku
Lalu kudengar kereta sayup mendekat
membuka pintunya di hadapanku
menampilkan ruang remang sepi
penumpang
Semua yang mati
hidup bangkit kembali karena doa
puisi
Dimuat di Indopos, Jawa Pos Newspaper Network, Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar