koma dan jeda
alinea terakhir sebelum salam perpisahan
aku ingin bicara kepadamu:
kau beri aku nama
tanpa cerita yang bisa dipercaya
sekian kelana melampaui bulan
sekian tamat sepanjang tahun
kini sia-sia dalam sebaris kalimat
penutup sebuah pesan, sebuah sajak cinta
yang kau ragukan kebenarannya
bagaimana kau tahu siapa
dari samar bayangannya?
di suatu kota asing, tempatmu sekarang
bunga seberang jalan, halte di simpangan
pagi menjalin tidur
dalam kuntum musim semi
kepungan waktu—
jangan kau hindari, jangan lari
bacalah segugusan isyarat, laku sederhana
timbang satu kata, jutaan peristiwa
himpunlah selapis angan tak nyata
yang kau yakini begitu murni
lalu kirimkan dengan gembira
seperti tukang pos yang mengantarkan
suratnya yang pertama
atau pembuat roti
menatap ranumnya lempung gandum
yang kelak mengenyangkan lapar si miskin
kau tahu surat ini akan sampai kepadanya
dipahami atau tak; mengapa mesti cemas
masuklah ke dalam hujan
hatimu kuyup
berdiang pada unggun harap
dengarkan langkah kakimu
di tangga stasiun bawah tanah
tanpa peta mau kemana
sesatkan diri di lorong pemukiman
kemudian seperti kucing liar
tantanglah hidup dengan sembilan nyawa
dalam genggaman!
2019
Puisi ini telah dimuat di BasaBasi.co pada 5 November 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar