asin seperti gerimis pagi hari
Hijau
melayu saat tersaji
pada piringku
Sejak
kapan ia lama dimasak
Atau
dipetik petani umur berapa;
Apa
peduli waktu?
Bagaimana
masa muda si lalat mati
Hinggap
di sela daunnya
Gagal
menyamar biji jagung
dan irisan bawang putih;
Apakah
maut mau tahu?
Suatu
hari, bila kudapat
sebuah takdir
Jadi
tumbuhan bayam
di kebun tua di manapun
atau liar di jalan-jalan di manapun
Kubiakkan
diriku,
sebanyak-banyaknya
Melawan
usia waktu
yang selalu pongah menatapku
Menepis
kerling maut
yang mengintai hidup matiku
Daunku
yang lebat,
dipetik para petani
Dihidang
sebagai sarapan pagi, di sini
Daunku
yang hijau lebat
Dulu
menaungi
kumpulan sarang semut
Tidur
berlindung di lelap akarku
2015
2015
Telah dimuat di Bali Post, Maret 2015 dan Kompas, September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar