Jumat, 27 Maret 2015

Sanur

Sebelum sampai di Bali,
         le Mayeur dinujum mimpi:
Segala tanda hidup terdampar
         di semenanjung asing 

Camar-camar melayang
         dari lain dunia
Memburu kepiting kecil
         di celah karang
Menyelinap ke dasar bumi,
         mengendap jadi lumut
Percaya ditakdirkan
         sebagai asal muasal
lahirnya zaman yang baru 

Bagai dua karib lama
Ia saksikan seekor ikan berbagi maut 
bersama segugusan rumput laut
di sela puing kapal yang karam 

Bulan di langit
          menerangi masa kecilnya
Di hutan musim dingin Belgia
Berpuluh-puluh tahun
            jauhnya dari situ 

Bulan yang itu juga
Mengingatkan pada pesisir Italia
di mana layar dan temali
          bertaut mengenangkan
harum asin angin Asia
Atau teluk Benggala,
             teluk tanah jajahan
dengan seorang anak gembala
membagi roti dan susu kepadanya
dengan satu kuli angkut
terseok di jalan bawah menara
dalam kanvas
       yang tak kunjung terselesaikan 

Mimpi debu dikubur laut pasir
Ia seketika terjaga
        di antara gaung lonceng
Kelasi kapal menambat sauh
usai bertahan melawan badai waktu

2015

Telah dimuat di Bali Post, Maret 2015 dan Kompas, September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar