Kamis, 26 Maret 2015

Biarkan Maut Menghibur si Mati

Biarkan maut menghibur si mati
bagai serdadu becermin bening air
                                Seusai tikai sunyi
              ketika malam menyeberang pulang 

Sepanjang alir sungai
seekor burung menukik naik
berpapasan dengan hari lengang
Saling menerka
                 Siapa menemu ajal kali ini
menembus riak,
menembus batas dunia dan bayangan 

Dalam kapel tua
                                      di muka altar
Seorang ibu khusuk berdoa, bertanya,
Mengapa patung maria berdiri di sini
sementara surga jauh tinggi di langit?
        Mengapa aku berduka
                  untuk putraku yang tiada?
Tetapi dua lilin di hadapannya
                              tetap menyala
Tak ada angin gaib
yang ingin memadamkannya. 

Namun hutan seketika jadi biru
                  seluruh dirinya jadi biru
Suara-suara mendekat
samar terbias hujan. 

                      Ia tatap lagi patung maria
                      Ia terkenang lagi wajah putranya. 

Biarkan maut menghibur si mati
dengan sentuhan
                           atau tatapan hampa
Sebuah batu gigil dalam riak
             tak bisa menyeberang pulang. 

2014
 
Telah dimuat di KOMPAS, Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar