Kamis, 26 Maret 2015

Rumah Kaca

Rumah kacaku
menunggu di akhir halaman. 

Di dekatnya dulu sebatang pohon,
perdu limau, semak kayu manis:
kelopak bunga
                 gugur
dalam tangkainya. 

Di seberang dinding
                      kuhibur riang
bagai murung memanggil pulang 

Di ujung pilu,
           kehilangan datang
dengan senyum gula-gula masa lalu. 

Aku menulismu kini
karena hujan hari tiada lagi:
Hujan hari
yang melambungkan angan
                             ke ranting
hujan hari dengan cermin
           bayangan semua orang
hujan hari dengan lari kecil
                          burung pagi
           lari samar yang enggan bulan 

Pohon nangka makin tinggi,
           helai daunnya gugur pergi
halaman kini
hanya ada dalam sajakku. 

2014
 
Telah dimuat di KOMPAS, Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar