menunggu
di akhir halaman.
Di
dekatnya dulu sebatang pohon,
perdu
limau, semak kayu manis:
kelopak bunga
gugur
dalam tangkainya.
Di
seberang dinding
kuhibur riang
bagai
murung memanggil pulang
Di
ujung pilu,
kehilangan datang
dengan
senyum gula-gula masa lalu.
Aku
menulismu kini
karena
hujan hari tiada lagi:
Hujan
hari
yang
melambungkan angan
ke ranting
hujan
hari dengan cermin
bayangan semua orang
hujan
hari dengan lari kecil
burung pagi
lari samar yang enggan bulan
Pohon
nangka makin tinggi,
helai daunnya gugur pergi
halaman
kini
hanya
ada dalam sajakku.
2014
Telah dimuat di KOMPAS, Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar