Bersama teman aku pintas petang dini
di bendungan hilir
Toko fotokopi
langganan tutup
Warung ketupat
sayur juga tutup
Jiwa kami
bagai kaleng minuman bekas
tandas dilindas hampaDipungut pemulung barang loakan
Mengucap
haleluya
temanku menyeru sapa tukang parkirDibalas lantang juga
dengan bau asam keringat orang miskin
dengan keluh beras mahal, cicilan rumah mahal
dikulum senyum pasrah bersahabat
Mungkin
pasien, mungkin bukan
Menunggu
angkutan umumdi depan rumah sakit
Tabah seperti pohon,
diterjang banjir, dikepung keluh kota
Tabah untuk bertahan tumbuh
dalam hidup yang kikis
Hampir
saja ojek menyerempet
seorang tukang rujak keliling!Mereka di seberang, makelar batu akik
Pedagang asinan, seketika memekik
Awas ingatkan marabahaya
tapi tanpa daya di hadapannya
Sampailah di
gereja samping sekolah
simpang jalan danau tobaPada temanku, aku bertanya,
Sungguh kau mau berhenti di sini?
2015
Telah dimuat dalam Antologi Dari Negeri Poci V (2015)