sebuah negeri batu biru
dengan setetes air laut
berpendar di atas tali-tali lembu
Di dalam
rumah bambu
ibuku
menunggu sambil membayangkan Armenia:
makam ayahku
yang tersamar bunga magnolia
Kolam
warna warni
bekas
peluru di segala penjuru tangga jenjang
milik burung-burung beo bersuara merdu
Angan ibuku, angan kami
untuk tuhan yang tak bermalaikat
Memang
tak ada lagi seteru di sana
hanya
bau tanah dan kisah orang mati
Lampu dermaga padam
tapi bukan di negeri itu
Di
manakah Armenia
dan topi
ayahku Senyum tipisnya tersapu debu
Di laci ada surat kecil
sebuah salam pelaut dari Armenia.
2007
Telah dimuat di KOMPAS, Maret 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar