Berjalan bersisian di lorong-lorong rumah sakit
Perawat melintas lewat, menyembunyikan entah siapa
Di balik selimut pucat, di atas kereta mati itu
Dokter bertanya kabar
Tentang sekuntum bunga di kamarYang mengingatkannya pada biru laut kekasih gundah hati
Andai saja, ujarnya, rekahnya lebih semi dari usianya
Kukisahkan padanya
Tentang hujan yang semalaman menggenangi
mimpi-mimpikuMenenggelamkan setiap kenangan-kenanganku
Jauh hingga ke lubuk samudera
Di mana seekor gurita piatu menanti ajal di karang-karang
Dokter hanya tersenyum
Dijanjikannya padaku menyusur taman senja nanti
Seekor anak burung baru terlahir
Dan aku boleh beri ia nama
Di ruang tunggu,
Ada balita tersenyum padakuMenggenggam tanganku, ingin riang hati denganku
Mainan di tangannya berputar
Seketika menjauhkanku ke masa yang dulu:
Pada ayunan di halaman belakang
Pada mawar melayu di kamar ibu
Dan sebuah gelas susu yang selalu tumpah dari tanganku
Gamang oleh nujum ingatan
Aku penuhi sukacitanya, berlarian di lorong-lorongMengejar laba-laba yang menuai sunyi waktu
Di antara jendela dan pintu kelabu
Di senja hari
Dokter menunjukan sebuah sarang di pucuk ranting
Aku menatap, seekor anak burung menanti induknya
Kuberi ia nama, seperti namaku
Telah dimuat dalam antologi tentang Denpasar, berjudul 'Dendang Denpasar, Nyiur Sanur', dikuratori Nyoman Darma Putra (2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar