Selasa, 11 November 2014

Bunga Untuk Sitor

Bagaimana aku dapat melihat sekuntum bunga?
Tidak semua tanah adalah tempatnya tumbuh
dan tak selalu aku menyadari
bahwa itu sungguh sekuntum bunga

Lebih dari sekadar percaya
Bahwa burung itu kini tengah melayang
Atau betapa dinginnya curah hujan di tangan
Sebab agaknya aku telah mulai kehilangan
apa yang pernah dilihat atau ditemukan

Andai aku tetap meyakini
Bahwa siang dan malam
adalah karena gerak bumi
            bulan dan matahari
Bagaimana kujelaskan:

Apakah bisa wangi dupa
mengantarkan doa-doa kepada para dewa?

Apakah bisa seorang ibu demam semalaman terbaring di ranjang
seketika tersembuhkan oleh sentuhan tangan putra tuhan?

Dan apakah maut akan mengizinkanku
lahir kembali di dunia yang lain, di masa yang lain
                                        lagi-lagi sebagai penyair?

Lambat laun aku seakan serupa batu-batu
berhenti membayangkan atau merasakan
                      semua yang sedang berlalu
Sebab aku tak bisa menjawab
segala yang terlanjur dipertanyakan

Karenanya, sekuntum bunga
Biarlah tumbuh bagai sekuntum bunga
Tanpa sesuatu pun yang mesti disangsikan

2011

Telah dimuat dalam antologi puisi Temu Sastrawan Indonesia IV tahun 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar