Selasa, 11 November 2014

Lantai Atas Stasiun Gambir

Di menara tertinggi
kuingat sebaris sajak perancis.
Tapi tak ada wagon merah jambu
Atau gerimis
di atas jembatan tua
               di kota asing ini

Di menara tertinggi
kulihat kereta merah dan kuning
datang dan pergi
seperti sepasang kekasih
yang berpisah di jalan-jalan kecil
seperti kalimat penutup sebuah sajak
yang ditulis ragu-ragu di bangku tunggu:
sajak seseorang yang bunuh diri
sambil menyanyikan lagu
tentang taman hitam putih
Sepenggal sajak perancis
             yang kuingat
             selalu
             setelah hujan

Aku tak tahu
kerikil jalan di bawah menara
saling mengirim ungkapan:
selamat datang
atau salam berpisah yang sedih
atau pandangan cemas yang ragu
yang dihanyutkan hujan
hingga ke mari

Kusentuh jendela
dan malam semakin gelap
Tak bisa kubedakan
laba-laba atau bayang dindingkah
yang menari hampa, berputar
dalam gelas retak ini

Bayang-bayang mengaburkannya
menjauhkanku dari mereka

Di menara tertinggi
kubaca sajak Perancis
sambil memandang malam yang jauh

2007
 
Telah dimuat di KOMPAS, Maret 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar