pada tenun yang belum selesai disusun
Ruhnya piatu, bagai menyusur rimba raya
mencari bulan yang dulu dikenang
Ketika terlahir sendirian, dikepung gigil malam
dan ibu mati diburu
Bertemu ia dengan kuda-kuda
liar berpacu dari sabana Sumba
Derap derunya serupa pekik moyang kami
melawan laju waktu, terasing dari masa lalu
Tak tercatat pada buku-buku sejarah ini
Kasuari merah pualam
pergi ke sungai tanpa muara
Seorang bocah mengarung arus
tawanya nyaring, mengandaikan diri bajak laut
Menyamar ikan-ikan bebatuan
Merompak mimpi segala perahu
yang karam sebelum sampai di Melayu,
Pesisir Madagaskar ataupun tanah janjian nun di mana
Pandang kasuari membayang
betapa ingin mengelana jauh
melampaui lembaran kain tenun
menuju hutan seberang pulau
bersarang di tengah kabut danau
memanggili kerdip bintang dan ruh para moyang
yang tak pernah menjenguknya barang sekali
Demikianlah saban malam
menyusur tenun yang belum usai itu
ia mencari rumah muasal yang dulu
entah di lembah mana, ngarai gunung yang mana
Sementara embun membasuhnya pelan-pelan
serupa air mata para dewata
2014
Telah dimuat di KOMPAS, Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar