Selasa, 11 November 2014

Borneo

Pada sebuah majalah wisata
Di ketinggian langit pesawat
Kupandangi wajah murung seekor orangutan
Dan hijaunya tumbuhan kantong semar
Di mana lebah terbujuk maut yang kesekian kalinya

Aku menelusup ke dalam matanya
                             berada di rimba raya
Terasa sekali, aku bukan lagi siapa-siapa
Entah muasal, atau hendak ke mana

Dari gemerlap kunang-kunang pada anganku
Aku buat satu sekoci dan kuarungi sungai-sungai
Menembus lahan gambut, menembus sepi kabut
Menembus waktu yang menyesatkanku jauh kemari

Suara-suara menggema dalam rimba tak bernama
Alir sungai, bening sungai, membayang pandangku
Melamunkan wajah siapapun
Yang entah pernah kukenal
                               atau tak pernah kukenal :
Wajah para pelaut yang sunyi ditikam karam
Wajah para ibu yang tak henti menatap maut

Bila kusentuh bayang air itu
Kembali ia memantulkan malam semata
Hingga muncul lagi wajah orangutan
Penuh kasihan pada diriku

Dituntunnya aku pada lembar-lembar yang lain
Pada lembah, pesisir pantai, dan gua-gua rahasia
Menuju dunia yang lagi-lagi tak bisa kuingat
Gelap dalam penyap

Di ujung halaman, orangutan lain telah menanti
Menyeru kesekian kali, menunjukan hijau dahan-dahan
Juga biru langit dingin kabut

Di ketinggian langit pesawat
Sambil memandang wajah murung orangutan
Betapa inginnya aku kembali pulang

2012
 
Telah dimuat di Harian Indopos, Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar