Di ketinggian langit pesawat
Kupandangi wajah murung seekor orangutan
Dan hijaunya tumbuhan kantong semar
Di mana lebah terbujuk maut yang kesekian kalinya
Aku
menelusup ke dalam matanya
berada di rimba
rayaTerasa sekali, aku bukan lagi siapa-siapa
Entah muasal, atau hendak ke mana
Dari
gemerlap kunang-kunang pada anganku
Aku buat
satu sekoci dan kuarungi sungai-sungaiMenembus lahan gambut, menembus sepi kabut
Menembus waktu yang menyesatkanku jauh kemari
Suara-suara
menggema dalam rimba tak bernama
Alir
sungai, bening sungai, membayang pandangkuMelamunkan wajah siapapun
Yang entah pernah kukenal
atau tak pernah kukenal :
Wajah para pelaut yang sunyi ditikam karam
Wajah para ibu yang tak henti menatap maut
Bila
kusentuh bayang air itu
Kembali
ia memantulkan malam semataHingga muncul lagi wajah orangutan
Penuh kasihan pada diriku
Dituntunnya
aku pada lembar-lembar yang lain
Pada
lembah, pesisir pantai, dan gua-gua rahasiaMenuju dunia yang lagi-lagi tak bisa kuingat
Gelap dalam penyap
Di ujung
halaman, orangutan lain telah menanti
Menyeru
kesekian kali, menunjukan hijau dahan-dahanJuga biru langit dingin kabut
Di ketinggian langit pesawat
Sambil memandang wajah murung orangutan
Betapa inginnya aku kembali pulang
2012
Telah dimuat di Harian Indopos, Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar